Akibatnya, segala macam bentuk Pembangunan di Tanah ini menjurus ke arah Genocide, Marginalization, Ethnocide, Exploitation Natural Resources, etc.
Indos Nesos Kedar adalah Bangsa yang tidak menghargai Hak Penentuan Nasib Sendiri (Rights of Self Determination) Bangsa West Papua Melanesia. Padahal mereka (Indos Nesos) telah meratifikasi ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights) melalui UU No. 12 Tahun 2005.
Pada awal Pemerintahan Belanda di Papua semenjak tahun 1898 hingga sebelum kedatangan Jepang pada 19 April 1942 di teluk Humbolt kota Hollandia, tak seorang penduduk Pribumi Papua membentuk suatu gerakkan perlawanan anti Belanda serta tak seorang pun dibunuh sehingga terjalin kehidupan yang harmonis antara orang-orang Belanda dan Penduduk Pribumi Papua. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa Bangsa Papua tidak pernah merasa dijajah oleh Belanda seperti di daerah Indonesia lainnya. Namun pada jaman penjajahan Jepang, banyak rakyat Pribumi Papua yang disiksa, dipotong tangannya serta dibunuh. Akibat kekejaman ini, maka banyak rakyat Papua yang membantu tentara Sekutu Amerika ketika mendarat di Teluk Humbolt pada tanggal 22 April 1944 untuk mengusir Jepang, dibawah Komando Jenderal Douglas McArthur. Pemerintah Belanda yang ikut serta dalam Tentara Sekutu langsung membentuk suatu Pemerintahan dengan status Residen yang bertanggung jawab langsung kepada Mahkota Kerajaan Belanda. Oleh karena itu, pada saat sidang Badan Panitia Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menetapkan wilayah Indonesia terdiri dari 18 (delapan belas) Provinsi mulai dari Sumatra hingga ke Maluku. Selanjutnya BPUPKI yang dibentuk Jepang dengan nama Djokuritsu Jumbi Kosakai diubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan pada saat Pidato Soekarno di depan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 15 Agustus 1945 mengatakan bahwa “Yang disebut Indonesia adalah pulau-pulauSunda Besar (Jawa, Sumatra, Borneo, dan Celebes), Pulau-pulau Sunda Kecil yaitu Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Maluku. Tetapi untuk keamanan Indonesia dari arah Pasifik, maka kita perlu menguasai Papua”.
Hal ini juga sesuai dengan Sumpah Pemuda yang diucapkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda mulai dinyatakan oleh Bangsa Indonesia setelah menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang berasal dari keturunan India, yang mana nama Indonesia mulai diperkenalkan oleh seorang warga Negara Inggris yang bernama Logo. Ia menggantikan nama Nederland Indie menjadi Indonesia yang berasal dari kata Indo: India dan Nesos: Kepulauan.
Berita tentang Kemerdekaan Indonesia dimanfaatkan oleh Soegoro Atmoprasodjo yang bekas Pemuka Taman Siswa untuk memprovokasi murid-muridnya di Sekolah Pemerintahan (Bestuur School) di Hollandia untuk
membentuk suatu Gerakkan Bawah Tanah yang diberi nama IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands). Ia diangkat oleh Belanda menjadi Direktur Sekolah Pemerintahan tersebut serta merangkap sebagai Penasehat di bidang Pengajaran. Beliau adalah salah seorang Tawanan Digul yang dipindahkan ke Australia akibat Perang Dunia II namun ditarik kembali untuk membantu menjalankan roda Administration Pemerintahan Nederland Nieuw Guinea.
membentuk suatu Gerakkan Bawah Tanah yang diberi nama IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands). Ia diangkat oleh Belanda menjadi Direktur Sekolah Pemerintahan tersebut serta merangkap sebagai Penasehat di bidang Pengajaran. Beliau adalah salah seorang Tawanan Digul yang dipindahkan ke Australia akibat Perang Dunia II namun ditarik kembali untuk membantu menjalankan roda Administration Pemerintahan Nederland Nieuw Guinea.
Beberapa muridnya yaitu Silas Papare kemudian dibuang ke Serui dan di sana ia bergabung dengan Dr. Sam Ratulangi (buangan Belanda dari Sulawesi Utara, Manado) membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Sedangkan murid lainnya seperti Marthen Indey, Frans Kaisiepo, dan Rumkorem menjadi
pengikut setia Soegoro. Sedangkan Murid lainnya seperti Herman Wajoi, Nicholas Jouwe, Johan Ariks, Markus Kaisiepo, Nikolas Tanggahma, dll. Mereka ini Adalah Tokoh Masyarakat yang kemudian menjadi Anti Soegoro karena telah mengetahui niat Soegoro untuk memasukkan Papua ke dalam Republik Indonesia.
Akibatnya Soegoro ditahan kembali ke Digul tetapi berkat seorang penjaga, maka beliau diloloskan oleh Petugas Lembaga hingga ia melarikan diri ke Port Morestby dan kemudian dikembalikan ke Indonesia.
pengikut setia Soegoro. Sedangkan Murid lainnya seperti Herman Wajoi, Nicholas Jouwe, Johan Ariks, Markus Kaisiepo, Nikolas Tanggahma, dll. Mereka ini Adalah Tokoh Masyarakat yang kemudian menjadi Anti Soegoro karena telah mengetahui niat Soegoro untuk memasukkan Papua ke dalam Republik Indonesia.
Akibatnya Soegoro ditahan kembali ke Digul tetapi berkat seorang penjaga, maka beliau diloloskan oleh Petugas Lembaga hingga ia melarikan diri ke Port Morestby dan kemudian dikembalikan ke Indonesia.
Source: Facebook
0 Response to "PAPUA DAN PAPUA BARAT BUKAN PROVINSI DI INDONESIA"
Post a Comment