Cerita
itu sangat membosanakan jika dibaca, tetapi cerita itu terasa asik jika kita mendengar
dari seseorang.
Panasnya terik mentari membakar
tubuh anak manusia, abu jalan seakan menjadi teman dalam langka kakinya,
di jalan menyusuri trotoar memegang lilin di tangannya menuju pasar yang tidak
jauh dari rumah.
Lilin yang di bawanya
di tangan dinyalakan dari dalam kamar rumahnya dan memegangnya di tangan menuju
pasar yang hanya beberapa meter dari rumahnya itu.
Siang itu tidak seperti biasanya,
padahal saat siang pasar itu sunyi hanya terlihat penjual, tetapi yang kali ini
beda, banyak orang berlalu lalang kesana kemari mencari apa yang ingin mereka
beli di pasar itu, apalagi barang-barang yang sudah diturunkan dan dijual
dengan murah-murah bahkan hari liburan, kantor-kantor ditutup, sekolah-sekolah
ditutup.
Libur saat ini membuat
kabanyakan orang bersenang-senang, ada yang pergi ke pante, ada juga yang pergi
ke toko-toko dan mol, ada juga yang ke pasar. siang ini pasar tersebut ditutup
dengan keramaian manusia.
Bocah yang tadi itu sudah tiba
di pasar dengan lilin yang dipegang itu, lilin itu masih belum juga terpadam
dari tangan bocah itu, nyala api dari tangannya masih membakar lemak lilin dan
benang pada lilin itu dengan cepat.
Sesampainya di pasar itu boca
tersebut berkeliling pasar tersebut dengan mememang lilin di tangannya yang
masih menyala. Sudah berapa kali ia keliling pasar itu.
Mata-mata orang yang
berkunjung dengan ramai di pasar itu memperhatikan boca tersebut, ada juga yang
ingin menegurnya karena boca itu membalikan pakaian seakan mencari
seseorang bahkan di bawah meja jualan
mama papua pun boca itu meluhurnya dan memperhatikan dengan seksama maupun
mengamati semua barang di bawah meja itu dengan teliti.
Di situ ada seorang pemuda yang
lewat lalu ia mengajukan pertanyaan, "hei..hei.. bocah Kecil apa yang engkau
cari…? Untuk apa pula menyalakan lilin…? Tidak cukupkah dengan cahaya
matahari…?"
Boca itu membalikan mukanya
perlahan seakan memandang siapa yang menegur atau menanyakan apa yang sedang
boca itu lakukan, ketika boca itu mengetahui orang yang menegur atau menanyakan
dengan mata yang mengacah dan pipihnya yang manis wajah hitan manis bocah
tersebut menjawab pertanyaannya dengan dengan nada pelan. “Aku sedang mencari
Seorang Manusia Sejati”. Pemuda yang memberikan pertanyaan tersebut terhanyut
dalam tertawanya mendengar jawaban dari bocah itu karena pemuda itu merasa aneh
atau lucu dengan pernyataan bocah tersebut.
Bocah tersebut bertanya-tanya
dengan kebingunannya, pemuda ini kenapa…? Apakah Pernyataanku ini membuatnya
Lucu…? Ataukah jawabanku Ini aneh baginya…?.
Selagi bocah itu terhanyut dalam
lamunan pekiran dan dalam bingun dengan berbagai petanyaannya itu pemuda
tersebut berkata. “pasar ini penuh
dengan manusia sejati apa yang engkau cari lagi bocah kecil".
Pernyataan pemuda tersebut
seakan membangunkan bocah itu dari tidurnya dari lamunan pikiran pertanyaan itu,
bocah itu kembali menjawab pernyataan dari pemuda itu. “Aku mencari Ia yang mampu
mempertahankan kemanusiaan dalam dua keadaannya”.
Pemuda itu kembali bertanya
dengan penasaran mendengan jawaban boca mengatakan dua keadaan. “Keadaan apa
itu…?" Boca tersebut lansung menjawabnya dengan semangat. “Dalam keadaan marah”
dan “Dalam keadaan lapar”.
Pemuda tersebut tidak mau kalah,
kembali pemuda itu bertanya, “Katakan apa yang akan kau katakan jika bertemu
dengan seorang manusia sejati itu…?".
Bocah tersebut menjawabnya
dengan hati yang lapang, membuka seluruh tubuh, pikirannya dan jiwanya lalu
berkata, ketika aku menemukan Manusia yang sedang aku Cari itu “Aku akan
mengabdi seumur hidup untuk selamanya”. Mendengar pernyataan itu pemuda
tersebut diam dan mengikuti boca tersebut untuk mencari manusia sejati
tersebut. Entah sampai kapan kita akan mencari sama-sama sampai kita mendapatkan
manusia sejati itu kata pemuda tersebut. Bersambung.
Semoga cerita ini bermanfaat
untuk kawan-kawan semua, kita yang sedang mancari manusia sejati, yang bisa
membebaskan menusia lain dari penjajahan, pembunuhan, ancaman dunia yang selalu
kita hadapi. Dan pemusahan bangsa penjajah di atas tanah papua barat
Oleh : Desederius Hendrik Jhon Goo.
TK Nuri Manis Nabire West Papua 29 Mei 2014