Home with right posts

Berita Papua

Slider right list post

Berita Internasional

BANJIR DAN LONGSOR MELANDA KOTA PENERIMA ADIPURA

Air serta tanah lumpur dari kali APO Bukit Barisan Jiwasraya yang meluap di Jl. Sam Ratulangi (Jubi/Indrayadi TH)
Jln Samratulangi, Jayapura(Jubi/Indrayadi TH)

 

Jayapura, 23/2 (Jubi) – Hanya beberapa jam dilanda hujan, Kota Jayapura yang tahun 2013 lalu mendapat Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup karena dianggap berhasil dalam peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan, mengalami banjir dan tanah longsor. Akibatnya, dikabarkan dua orang tewas tertimbun longsor, beberapa orang dilarikan ke rumah sakit, dan enam orang dikabarkan masih hilang tertimbun tanah longsor.
 
Salah satu kepala seksi di Dinas Sosial Provinsi Papua, Suparman Pasundan, mengatakan dirinya selesai mengevakuasi korban longsor di Dok V Atas, Jayapura Utara. “Saya baru evakuasi, dua orang tewas, satu laki-laki usia sekitar 50 tahun dan satunya perempuan. Tadi saya bantu hanya satu rumah, tapi di daerah itu banyak rumah kena longsor,” kata Suparman yang juga Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota Jayapura, Minggu (23/2).
Dari pantaun tabloidjubi.com pada Sabtu malam (22/2), terlihat di pusat Kota Jayapura, tepatnya di Jalan Sam Ratulangi, ratusan kendaraan roda dua dan roda empat terjebak kurang lebih delapan jam di tengah-tengah ruas jalan utama. Selain itu, di beberapa titik juga terjadi tanah longsor.
Sekitar pukul 20.35 WIT, Kota Jayapura yang diguyur hujan disertai petir dan angin kencang. Sekitar satu jam kemudian, air meluap dari Kali Anafri yang ada di dalam Kota Jayapura ke ruas Jalan Samratulangi. Luapan air ini membawa sampah, dan tanah berlumpur. Sehingga ruas jalan utama di Kota Jayapura itu tertutup banjir dan tidak bisa dilalui kendaran mobil dan motor.
Volume air semakin tinggi ini juga mengakibatkan perkantoran yang ada di sepanjang Jalan Samratulangi, seperti Mapolda Papua, Dinas Perhubungan Papua, serta puluhan rumah warga di Kompleks APO terendam banjir. Selain perkantoran dan rumah warga, tiga mobil terseret banjir di Jalan Sam Ratulangi, yakni bus Bappeda, angkot, dan mobil Basarnas. Beruntung ketiga mobil tersebut berhasil ditarik.
Selain itu, puluhan warga bekerjasama untuk membantu loloskan kendaraan-kendaraan yang terjebak macet akibat banjir lumpur itu. Arus lalu lintas terlihat amburadul, sekitar pukul 03.20 WIT, kendaraan satu per satu dapat melalui banjir lumpur yang dibantu warga dan aparat keamanan.
Salah satu warga, Eric Mandenas, menilai banjir kali ini yang terparah dibanding banjir-banjir yang terjadi sebelumnya di Kota Jayapura. “Sudah dua kali terjadi di Kota Jayapura, tetapi yang kedua ini lebih parah karena terjadi di tengah kota. Selain di depan Polda, Kantor Gubernur, dan Kantor BPS. Tadi saya lewat di situ lumpur tinggi,” katanya,  Minggu (23/2) pagi dini hari.
Eric berharap Pemerintah Kota Jayapura lebih jeli menangani sampah dan drainase di sekitar Kota Jayapura sehingga tidak banjir saat curah hujan yang tinggi. “Pemerintah harus jeli dan ini menjadi pelajaran penting buat ke depannya,” kata mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih ini.
Selain banjir di tengah kota, terdapat juga titik-titik banjir yang dipantau media ini. Antara lain di ruas jalan di Dok II bawah depan Kantor Gubernur Provinsi Papua, Jalan Percetakan Jayapura dan Entrop, Jayapura Selatan, serta beberapa titik lokasi banjir yang tak sempat dipantau media ini.
TATA RUANG DAN DRAINASE KOTA TAK DIPERHATIKAN
Menurut Anggota Komisi II DPR RI, Agustina Basik Basik, tata ruang dan drainase Kota Jayapura tak layak ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran dari warga, dengan membuang sampah pada tempatnya, sehingga mengakibatkan banjir dan longsor di Kota Jayapura.
Dirinya menilai, Kota Jayapura melebihi kapasitas (over) terhadap hunian dan penduduknya. Pemerintah Kota Jayapura harus memperhatikan dan tinjau kembali tata ruang wilayah kota. Pembangunan gedung-gedung seperti mall dan sebagainya harus melalui satu studi kelayakan, sehingga survei ini akan menghasilkan rekomendasi seperti tata kelola sampahnya, pembuangan air dan drainase.
“Drainase itu ketika dibangun, asal bangun saja. Pengerjaannya hanya mengejar target cepat selesai. Yang saya lihat, drainase yang ada tidak layak,” kata Agustina, Minggu (23/2) dini hari tadi.
Kejadian ini, lanjut Agustina, menjadikan satu pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Karena hal ini baru pertama kali terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama dan tidak terjadi lagi di kemudian hari.
“Semua stakeholder termasuk pemerintah daerahnya memperhatikan hal ini, terutama soal pembuangan air dan tata letak ruang kota harus ini ditinjau kembali. Kejadian ini peringatan pertama kepada semuanya. Jangan sampai terulang yang kedua lagi dan lebih serius lagi,” ujarnya.
Di lokasi yang sama, Sofia Maipauw, DPD RI Papua Barat bersama rombongan DPR RI saat di lokasi banjir,  juga menilai peristiwa alam ini pertama kali terjadi di Kota Jayapura sepanjang berapa dekade.
“Situasi seperti ini kami tertahan sejak jam 09.00 malam tadi hingga jam 02.00 pagi saat ini. Kita sama-sama tahu bahwa alam pun berontak. Ketika alam tidak di jaga dan dilindung dengan baik oleh tangan manusia yang mengakibatkan seperti ini,” kata Sofia, Minggu (23/2).
Menurut Sofia, banjir besar pertama kali terjadi di Kota Jayapura, terlebih lagi tepatnya di jantung kota.
“Ini akibat tangan manusia. Warga semua harus sadar, bencana ini akibat dari ulah manusia sendiri. Warga harus menjaga lingkungan, tidak menebang pohon, tidak membuang sampah di sembarang tempat. Kesadaran seperti itu harus warga sendiri yang membangun,” ujar Sofia. (Jubi/Indrayadi TH)

Sumber: Tabloid Jubi

0 Response to "BANJIR DAN LONGSOR MELANDA KOTA PENERIMA ADIPURA"

Post a Comment

wdcfawqafwef

Suara Mahasiswa